Jumat, 12 Agustus 2011

Dialog Awal Ramadhan


Minggu, 31 Juli 2011.
Jam dinding menunjukkan pukul 15.15 saat aku pulang ke rumah.
Lumayan lelah. Aktivitas hari ini cukup padat. Mulai dari pukul 07.15 berada di gedung DPD untuk persiapan lomba mading dan nonbar acara Iqro. Tapi aku puas. Setelah lumayan lama tidak update acara Iqro. TT.

17.00
Wah, babah (ayah) pulaaaaaang. #larilari nyambut babah
Babah: Put. Ading. Tarawih ! ! !
Aku: Iyalah bah. Siapa imamnya? Jangan babah lah,kena lambat! hehehe
Babah: Kada, babah masih keuyuhan mun jadi imam.
Aku: (dalam hati) Yah, padahal aku pengen tarawih pertama babah yang jd imam,huhuhu
Ading: A, kena jagakan ading mengaji lah?
Aku: Bah, tiap habis tarawih jagakan puput ngaji!harus sesuai tajwid dan makhroj.
Babah: Iih.
Ading: Aa nii pabila menjagakan ading?
Aku: Pas habis tarawih jua ding ay. Kenapa ding? ada tugas ngisi buku ramadhan kah?
Ading: Hiih a ay.

Sehabis tarawih.
Aku: Ding, ayo ngaji.
Ading: Hadang.
Aku: Lajui ding! Buku harian ramadhan itu masuk nilai agama ding ay. Mun kam bolong-bolong isiannya rendah kena nilainya.
Ading: Ya kah a? (bergegas mengambil Al-Quran)
Aku: (dalam hati) apa yang barusan aku katakan pada adekku? memberi motivasi dengan nilai sekolah. Tapi itulah motivasiku dulu mengisi penuh buku harian ramadhan saat masih SD dan SMP. Hmmm.

Saat semakin dewasa, jujur ada rasa ketidaksukaanku dengan sistem buku amal ibadah ramadhan tersebut, semacam bimbang, bukankah amal ibadah yang sesungguhnya dipertanggungjawabkan hanya pada Alloh semata?
Tapi, kalau tidak dengan cara seperti itu, apa yang memotivasi?
Itulah anak-anak.
Mudah sekali memang anak-anak itu meniru.
Mudah sekali disuruh.
Hmmm (dalam hati aku berpikir) Coba kalau dari zaman anak-anak (dari SD misal) sudah disuruh dikasih tugas menghapal Al Qur`an. Hmmm. Anak-anak itu hebat loh. Dia lebih cepat menghapal. Subhanalloh.
Mungkin karena dia masih gak punya dosa kali ya? hihihi.

Kesimpulannya: Mari mendidik anak dengan pengetahuan agama sejak dini, dan sedini mungkin.

Andaikan bisa kembali ke masa kecil.
Aku kan memilih untuk sekolah di madrasah/SDIT, tasanawiyah :D
Serius.
Namun, tak apa.
Inilah yang terbaik dari Alloh.
Alhamdulillah.
Karena masih diberikan kesempatan untuk belajar.
Tidak ada kata terlambat bagi yang sudah terlambat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar