FLASH BACK……………………………………………
Dahulu, para ulama dan salafushalih umumnya mempunyai majelis tertentu untuk meningkatkan iman. Khalifah Umar bin Abdul Aziz meminta salah seorang ulama, Abu Bakr, untuk duduk memberi ta’lim bagi diri dan rakyatnya. Seorang tabi’in yang bernama Alqamah mengatakan “Mari berjalan bersama kami untuk saling menambah iman.”
Ya, untuk menambah iman, untuk melembutkan hati, untuk menjadikan jiwa kita sensitif dengan kebaikan dan keburukan. Untuk itu kita memerlukan komunitas. Kita memerlukan sebuah majelis. Kita memerlukan sebuah lingkungan kecil yang dihadiri oleh saudara seiman yang dapat memuaskan dahaga dan membersihkan hati. Itulah yang dimaksud dengan majelis kaum beriman,
. “Saudara-saudaraku lebih aku cintai daripada keluarga dan anak-anakku,” kata Imam Hasan Al Bashri. Ia melanjutkan, “Keluargaku mengingatkanku dengan dunia, sedangkan saudara-saudaraku mengingatkanku dengan akhirat.” (Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali). Semakin sering kita melakukan perjumpaan dan bertemu dengan majelis-majelis seperti ini, semoga semakin bertambah pula kadar keimanan kita.
Umar bin Khattab sangat menghargai kenikmatan majelis ini dengan mengatakan, “Tidak ada nikmat kebaikan yang Allah berikan setelah Islam, selain saudara yang shalih. Maka, jika salah seorang kalian merasakan kecintaan dari saudaranya, peganglah kuat-kuat persaudaraan dengannya.” Malik bin Dinar mengistilahkan nikmat majelis dan pertemanan orang-orang shalih itu dengan ruhud dunia. Ia mengatakan, “Ruh dunia ini hanya tiga. Bertemu dengan saudara seiman, shalat tahajjud dengan membaca Al Qur’an, dan rumah kosong yang di dalamnya dibacakan dzikri kepada Allah.”
Majelis keimanan ini akan melahirkan pertemanan karena cinta di jalan Allah. Persahabatan yang diikat oleh kecintaan berjuang di jalan-Nya, yang selanjutnya akan mendapat balasan cinta Allah swt.
Nah, gimana? Udah dapat intinya kan?
LANJUT………………………………
. Ada 4 nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang yang suka menghadiri majelis-majelis Allah. Yang pertama, akan merasakan ketentraman dunia dan akhirat. Yang kedua, Allah akan mengaruniakan rahmat kepada diri kita. Yang ketiga, mendapat respon dari malaikat, yaitu malaikat memohonkan ampun bagi yang hadir di majelis itu dan mencatat pahala mereka. Yang keempat, akan mendapat rekomendasi Allah, yaitu mendapat naungan dari Allah di akhir jaman nanti ketika tidak ada naungan selain naungan dari Allah.
Wah. Pasti gak sabar kan mau ikut KII?
Eittz, tunggu. Ada lagi…………………………………………….
Kita bisa menjadi kebanggan Allah di hadapan para malaikatnya, seperti dalam hadist Rasulullah, “….Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapatkan para sahabat duduk dalam halaqah (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?”. Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Allah atas hidayah yang Allah berikan sehingga kami memeluk Islam.” Maka Rasulullah bertanya, “Demi Allah, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak duduk kecuali untuk itu.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku, memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di depan para malaikat. (Potongan HR.Muslim, dari Abu Sa’id, dan Mu’awiyah)
Subhanallah, begitu semangatnya para sahabat Rasulullah dalam mengaji. Apakah kita tidak merasa iri kepada mereka yang dibanggakan Allah di hadapan para malaikat.
Terakhir. Sedikit cerita indahnya halaqah ^^
Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi. Ada yang bercerita tentang amanah-amanah dakwahnya yang katanya semakin mengasyikkan, atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizki membawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.
Sesekali mereka ganti setting forumnya, dengan mabid (menginap) agar bisa lebih panjang bercengkerama. Lalu mereka dirikan Qiyamullail bersama. Pernah juga mereka rihlah (berwisata). Mereka bertemu di tempat rekreasi yang sepi, mengingat Ilahi dan mengagumi ciptaanNya. Mereka berdiskusi disaksikan air terjun, punggung bukit bercemara, hutan berlembah yang menawan, atau pasir pantai memutih diterpa gelombang.
Tentu saja yang jauh lebih utama, mereka mengingat Allah dalam sebuah kumpulan, agar Allah mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik. Mereka baca kitabullah, mereka kupas isinya, mereka dapati bahwa Al Qur’an menyuruh mereka bersaudara dalam cinta dan mentauhidkan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Tidak ada tekad ketika bubar dan saling bersalaman mendoakan, selain agar yang mereka bahas menjadi amal kenyataan.
“Beuhhh. Tau gini gue mah rajin dan ga bakalan males malesan lagi deh buat KII. Huhuu…nyesel gue dulu suka nyari beribu alasan ke murabbi biar ga datang KII #hehee. Tapi, sekarang gue BERUBAH. Ibaratnya, biar pas lagi musim ujian kek, besoknya ada tugas kek, rumah murabbinya jauh banget kek, gue tetep datang KII. :D”
ADA BONUS PANTUN NIH……………………………….
Jadi, tunggu apa lagi?
Buruan KITA KII.
TUK MEMBERSIHKAN HATI, RAIH RIDHO ILLAHI.
NIKMATI UKHUWAH ISLAMI.
KII BUKAN SEGALANYA,TAPI SEGALANYA BERMULA DARI KII
Hamasah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar