Siang yang panas. Untung kafe ini memasang pendingin. Gemericik air dari patung ikan di pojok ruangan membuat Putri merasa tenang. Dia berusaha menikmati secangkir coklat panas yang tersaji di hadapannya. Putri melamun sembari memikirkan kejadian tadi pagi, saat dia berbicara denganDewa.
“Putri, sebentar !” Dewa memanggilnya.
“Iya, ada apa?” sahut Putri.
“Apakah hari ini kelas kalian ada jadwal dengan pak Suryo?” tanya Dewa.
“Iya benar.” jawab Putri.
“Kalau begitu aku titip ini, tugas dari pak Suryo untuk kelas kalian, kebetulan beliau sedang berhalangan.” kata Dewa.
“Baiklah akan ku…..”
Belum selesai Putri berbicara, tiba-tiba Dewa langsung pergi menghilang.
Dalam hati Putri berkata. Tampannya Dewa itu. Rambutnya yang hitam legam, alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, kacamata yang membingkai sorot mata yang tajam, bibir tipis yang selalu tersenyum, rahang yang kokoh. Kemeja yang membalut sosok tinggi ramping itu, menggemakan kharismanya ke seluruh penjuru. Mengetuk-ngetuk pintu cinta di dalam hati Putri.
“Dewa…….”
Putri meneguk lagi coklat panasnya yang kini mulai menghangat. Dan tiba-tiba ponselnya berdering.
“Halo, ada apa Vit?” sahut Putri.
“Cepat ke kampus Put! Teman-teman sudah ngumpul di lab buat praktikum fisika.” balas Vita.
“Oke, aku kesana sekarang.”
Spontan Putri mengambil kunci motor dan langsung pergi bergegas menuju kampusnya.
*****
Putri pulang ke rumah lewat tengah malam. Sepi.
Bagas membukakan pintu. “Malam, Kak. Capek?”
“Belum tidur?” sapa Putri hangat. Adikku ini pekerja keras seperti kakaknya. Gumam Putri dalam hati.
“Nih, banyak kerjaan.”
Ia menunjukkan hamparan kertas-kertas di sekitar laptopnya
Putri tersenyum.” Kalo gitu lanjuti deh. Jangan tidur terlalu larut ya,” kata putri sambil menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Sesampai di kamarnya Putri tidak langsung tidur. Dia membuka laptopnya dan mulai menuliskan baris demi baris puisi.
Pukul 03.00 dinihari, Putri baru tertidur. Setelah dia merajut kata-kata indah penuh makna yang selalu tertuju kepada cinta pertamanya. Dewa.
Puisi tersebut berisikan kata-kata cinta yang abadi. Bagaimana tidak, Putri menyukai Dewa sejak dia masih SMA. Walaupun Dewa, terkesan cuek dan sinis kepadanya. Namun cintanya tak pernah berpindah ke lain hati. Entah sampai kapan Putri memendam perasaannya kepada Dewa. Dia hanya mengungkapkan cinta pada kata demi kata dan baris demi baris dalam setiap puisinya.
*****
Putri tertidur. Sementara Dewa terbangun. Kemudian Dewa mengambil air wudhu untuk sholat tahajjud. Dalam sholatnya, Dewa berdoa kepada sang khaliq agar perhomohonannya dapat tercapai.
“Ya Allah...hamba memohon padamu. Jika wanita itu memang jodoh hamba, dekatkanlah hamba padanya. Jika tidak, berikanlah hamba wanita yang lebih baik darinya, dan berikanlah dia lelaki yang lebih baik dari hamba. Amin ya rabbal alamin...”
Entah siapa wanita di dalam doa Dewa.
Selepas tahajjud. Dewa menyalakan komputernya dan mulai merajut huruf demi huruf, kata demi kata, dan baris demi baris yang kemudian terangkai menjadi sebuah puisi indah penuh makna akan kekasih jiwa dari lubuk hati Dewa.
Tiba-tiba ponsel Dewa berdering, memecah keheningan pagi.
“Halo.”
“Halo... pagi cayang, cori ya kalo aku ganggu kamu”ujar suara di sana dengan desah manja.
“Gak papa, ada apa sih Sin?” sahut Dewa.
“Gini... Sintia mo minta tolong ma Dewa. Bisa ga kalo hari ini Sintia nebeng Dewa ke kampus? Boleh kan cayang?” Sintia mendesah manja.
“Oh iya, ya udah nanti Dewa jemput, tunggu aja!”
“Makasih ya cayang, see you...”
Sintia menutup teleponnya. Begitu pula dengan Dewa.
“Jengkel....”gumam Dewa.
Dewa sebenarnya tidak terlalu suka dengan Sintia. Gadis centil yang satu kampus dengannya, namun berbeda jurusan. Dewa memilih jurusan sastra Inggris, sedangkan Sintia mengambil jurusan psikologi. Ayah Sintia yang berprofesi sebagai pengusaha terkenal sangat dekat dengan ayah Dewa yang juga berprofesi sebagai seorang pengusaha. Sehingga, mau tidak mau, demi karir ayahnya, Dewa pun terpaksa berlaku baik dengan Sintia.
*****
Pagi yang cerah. Suasana kampus masih sangat sepi. Dan ketika Putri melangkahkan kaki ke pintu gerbang. Sebuah pemandangan yang sungguh memilukan hati Putri. Dia terkejut melihat Dewa datang bersama Sintia. Mereka berjalan bersama. Sintia menggandeng tangan Dewa dengan wajah penuh manja. Sementara Dewa masih tetap dengan muka cuek dan sinisnya.
Lama Putri memandang. Tiba-tiba.
“Dorrrrrr! Ngelamun terus dari tadi. Ayo put ke kelas.”
Teriakan Ika membuyarkan lamunan Putri
“Mari.” ajak Putri
Kemudian mereka berjalan ke kelas.
Di kelas. Saat semua mahasiswa/mahasiswi tampak serius mendengarkan penjelasan dosen. Tidak pada Putri, dirinya juga tampak serius merajut baris demi baris menjadi sebuah puisi. Dan tiba-tiba.
“Putri! Sedang apa kamu?” teriak seorang dosen.
“Eh, tidak pak” bantah Putri.
*****
Tok-tok-tok.
“Permisi.”
Suara Dewa membuat para aktivis yang sedang rapat menoleh padanya. Salah seorang dari aktivis tersebut berkata.
“Silakan masuk Dewa. Sudah dari tadi kami menunggumu.”
Dewa tersenyum sembari berkata.”Maaf saya terlambat.”
Kemudian dia duduk dan megikuti rapat. Matanya tampak serius. Namun sebenarnya tidak. Pikirannya menerawang jauh. Kemudian dia mengambil secarik kertas dan mulailah lagi kebiasaannya. Menulis puisi.
*****
“Putri....Bangun!”
“Bangun Putri! Ini sudah jam berapa? Nanti kamu terlambat lagi.”
Teriakan mama membangunkan Putri dari peraduan malamnya. Dia terkejut saat melihat jam tepat menunjukkan pukul 09.30.
“Oh my God.”
Putri segera berlari menuju kamar mandi. Tanpa sarapan dia pun langsung bergegas pergi ke kampus.
Sesampai di kampus. Putri berjalan dengan tergesa-gesa. Tanpa sengaja dia menabrak Dewa.
Brukkkkk.
Putri terkejut. Refleks dia berkata. “Ah, maaf. Dewa maaf ya.”
Putri pun langsung mengambil barang-barangnya yang terjatuh. Begitu pula dengan Dewa. Dia tidak menghiraukan Putri. Setelah mengambili barang-barangnya, Dewa pun langsung pergi tanpa meninggalkan sepotong kata pun. Mengiris pilu cinta di hati Putri. Putri pun pergi dengan meninggalkan setetes air mata. Tanpa mereka sadari, bahwa pada saat mereka mengambili barang yang terjatuh. Flashdisk mereka saling tertukar.
*****
Lelah. Namun akhirnya Putri menyelesaikan tugas skripsinya. Kemudian dia mengambil flashdisk untuk menyimpan skripsinya. Alangkah terkejut dirinya saat membuka flashdisk yang ternyata bukan miliknya. Melainkan milik Dewa. Putri menjadi penasaran. Satu per satu dia membuka data Dewa. Dan alangkah terkesima dirinya saat melihat puisi-puisi.
Di malam yang semakin hening
Seperti heningnya hati ini
Hatiku terlalu hening
Untuk bisa katakan bahwa aku jatuh cinta kepadamu
Sebagai lelaki ku akui jika aku pengecut
Aku pecundang
Bahkan aku lebih dari itu.
Untuk mengatakan cinta kepada seorang Putri
Andai sang putri tau betapa besar dan dalamnya
Cinta ini padamu
Tuhan...
Hanya padamu diri ini memohon
Berikan aku satu kekuatan
Tuk bisa katakan
Aku cinta padanya
Berikan aku takdir
Agar sang putri tahu
Bahwa aku adalah pangerannya
Putri...
Maafkan aku
Aku yang acuh padamu
Aku yang jahat padamu
Padahal diriku
Sungguh terlalu mencintaimu
Tapi mengapa aku seperti ini
Love you forever putri
*****
Dewa mengambil flashdisknya. Saat dia membuka flashdisk tersebut. Dia sangat terkejut. Namun dia tersenyum senang.
Kala fajar hendak datang
Lelah bulan tunggu matahari
Seperti lelahnya diri tunggu cinta darimu
Namun bulan terus sabar
Tapi aku lebih sabar
Dia yang kupandang
Dia yang kukhayal
Dia yang kuimpikan
Adalah dia yang kucinta
Dear Dewa...
Bukanlah semut yang langsung menyambar gula
Bukan gelombang yang langsung menyambar karang
Bukan pula badai yang cepat menerpa
Diri ini membutuhkah kata `proses`
Sehingga diri ini jatuh hati padamu
Awalnya sebuah rembulan
Rembulan yang sangat redup
Tatkala malam telah datang
Ku memandang dikau rembulan
Heran aku memandangmu
Karena engkau semakin bercahaya
Seiring cahaya cinta di dalam hatiku
Di malam yang hening. Hati Dewa dan Putri penuh dengan bunga-bunga cinta.
*****
Pagi yang cerah.
Saat Putri bertemu Dewa.
Dewa tersenyum.
Putri tersenyum.
Kemudian Dewa berkata,”Takdir memang indah.”
“Ya.” balas putri singkat.
Saat itu juga Dewa mengatakan cintanya kepada Putri. Putri menerima. Dan sekarang mereka resmi menjadi sepasang kekasih.
Cinta yang tersembunyi akhirnya terbongkar juga.
*****
Hari ini Putri terlihat begitu senang. Tentu ada alasan. Karena ternyata hari ini adalah kencan pertamanya dengan cinta pertamanya.
Hari yang menyenangkan.
Dewa dan Putri merasa puas setelah merajut kasih sehari penuh.
*****
Tit tit...
Ponsel Putri berdering. Rupanya ada SMS dari Dewa.
Ada saat tak tahu ada saat tahu
Ada saat menutup ada saat memmbuka .
Ada saat menangis ada saat tertawa
Namun hanya ada satu saat
Untuk aku mencinta
Dari: Dewa
Kemudian Putri membalas.
Biarkan aku terjun bebas
Menjelajah saat yang satu itu
Biarkan aku terus merasakan
Rasa kasih
Yang hanya satu kau miliki
Biarkan sepenuhnya menjadi milikku
Dari: Putri
Akulah pangeran
Untuk dirimu seorang
Akulah putri
Untuk dirmu seorang
*****
Malam yang dingin. Putri duduk di meja makan sembari tersenyum bahagia mengingat kata-kata Dewa tadi sdewag.
“Putri, aku akan menikahimu sayang.” Dewa berkata sembari memasangkan sebuah cincin berldewa di tangan Putri.
“Aku setuju sayang, tapi bagaimana jika kita menikah di kantor agama terlebih dahulu. Pestanya kita tunda saja sampai aku menyelesaikan program studi fisikaku.”
“Baiklah sayang...”Dewa tersenyum.
*****
Hari yang terindah.
Putri duduk di teras depan bersama mama dan bagas. Lama dia menunggu kehadiran Dewa. Rencananya, hari ini mereka akan pergi ke KUA untuk meresmikan hubungan mereka.
“Sore. Putri, tadi ada seorang lelaki yang meminta saya untuk mengantarkan surat ini pada anda. Sepertinya lelaki tersebut adalah lelaki yang biasanya datang ke rumah Putri.” ujar salah seorang tetangga Putri sembari menyodorkan surat tersebut.
Putri mengambil surat tersebut. Seperti dugaannya, surat tersebut dari Dewa. Putri membaca baris demi baris puisi tersebut. Kemudian tetes demi tetes air mata membasahi pipinya.
ASS WR WB
Dear Putri.
Sayang, seandainya dirimu tahu jika perihnya hatiku melebihi air mata yang menetes di pipimu.
Semua yang terjadi bukanlah keinginanku sayang.... Aku terpaksa menikah dengan Sintia demi menyelamatkan ayahku. Rupanya ayahku terlibat hutang dengan ayahnya Sintia. Ayahnya Sintia bersedia membebaskan ayahku dari pidana dengan syarat aku harus menikahi Sintia.
Maaf.
Maaf
Maaf.
Aku tak tahu berapa maaf yang harus kuucapkan untuk dapat menyembuhkan air matamu sayang.....
Setelah menikah dengan Sintia. Aku akan pergi ke Australia dan bekerja di sana.
Tenanglah sayang. Biar kita jauh, aku tetap akan mengirimkan puisi-puisi terindah untukmu.
Dan bacalah puisi ini sayang...
Kuharap ini bukanlah puisi yang terakhir
WASS WR WB
Cinta Ini Cuma Untuk-Mu
Subuh ini aku bilang cinta pada-Mu
Buat luas hati yang Kau berikan
Juga besar sayang yang Kau limpahkan
Dhuhur ini aku bilang rindu pada-Mu
Seperti rindu angin pada hujan
Dan rindunya langit pada bintang
Ashar ini aku bilang aku malu pada-Mu
Dari dosa yang kusembunyikan
Dari salah yang kubuat terang-terangan
Maghrib ini aku bilang aku butuh diri-Mu
Seperti butuhnya mawar pada kumbang
Dan butuhnya ikan pada kolam
Isya ini aku bilang syukur pada-Mu
Atas banyaknya doa yang Kau kabulkan
Juga berjuta nikmat yang Kau limpahkan
Tahajud ini aku bilang aku bahagia Kau sebagai kekasihku
Waktu ini hanya untuk-Mu
Sdewag malam hanya untuk pikirkan-Mu
Kepada seluruh dunia aku berani bersumpah
Jika cinta ini cuma untuk-Mu
Kuisi hidupku degan taqwa pada-Mu
Kubalut dengan dzikir dan doa
Kutabur dengan amal dan sedekah
Sebagai bekal pertemuanku dengan-Mu kelak
Di surga yang telah kau janjikan
Terima kasih Ya Rabb atas segala cinta-Mu
Cinta yang berikan aku kekuatan
Agar ku bahagia
Kala bertemu dengan-Mu
Kelak !
Insya Allah...
Kali ini puisi yang ditulis oleh Dewa benar-benar lain. Menyadarkan Putri bahwa cinta yang sebenarnya adalah milik Allah semata.
*****
Sudah 5 tahun semenjak Putri berpisah dengan Dewa. 3 tahun yang lalu Putri menikah dengan seorang lelaki bernama Rido. Rido 10 tahun lebih tua dari Putri. Rido lulusan dari IAIN tersebut bekerja sebagai kepala Kantor Urusan Agama. Sedangkan Putri yang telah lulus S1 dari FMIPA jurusan fisika bekerja sebagai guru SMA. Putri dan Rido hidup bahagia, terlebih setelah mereka dikaruniai seorang anak yang bernama Sifa.
Sudah lebih dari 5 tahun, Putri menunggu Puisi dari Dewa. Namun tak satupun yang datang. Sejak saat itu, Putri tidak tahu lagi akan kabar mengenai Dewa. Dirinya tidak berani bertanya kepada orang tua Dewa karena dia tak mengenalnya. Akhirnya, mereka pun menjalani kehidupan masing-masing.
*****
“Aaaaaagh......................”
Setiap malam Putri berteriak. Dirinya selalu dihantui mimpi buruk. Mimpi bahwa Dewa telah meninggal dunia, karena terjatuh dari pesawat.
*****
Paginya, saat Putri dan suaminya duduk minum teh sembari menonton televisi.
Satu lagi kecelakaan pesawat yang menimpa 100 penumpang dan 20 awak pesawat. Pesawat terjatuh di kepulauan Irdewa. Pesawat tersebut rencananya akan berangkat menuju Jakarta dari bandara Australia. Berikut daftar jenazah yang berhasil di evakuasi
1. Rena
2. Joko
3. Geisha
4. Dewa
Yaa Rabb....
Dewa... puisi terakhirmu akan selalu kusimpan.
Dalam hati Putri berdoa untuk Dewa.
*****
Sabtu, 30 Juli 2011
Puisi Terakhir (Cerpen Putih Abu-Abu, ditulis kelas 1 SMA, saat masih labil :D )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar